tajam terpercaya

Pendidikan dan Kekuasaan: Alat Pembebasan atau Instrumen Penindasan?

Liputanntb.com – Pendidikan dan kekuasaan memiliki hubungan erat yang memengaruhi berbagai aspek kehidupan masyarakat. Pendidikan bukan hanya sarana untuk meningkatkan pengetahuan, tetapi juga alat strategis yang mampu menciptakan pola pikir dan membentuk struktur sosial. Di sisi lain, kekuasaan sering kali memanfaatkan pendidikan untuk mempertahankan dominasi dan memperluas pengaruhnya.

Artikel Populer Baca Juga: PAUD Non formal: Guru Tanpa Pengakuan, Pendidikan Tanpa Batas

Politik Kurikulum: Di Mana Letak Masa Depan Pendidikan Kita?

Guru Hebat: Tukang Sulap Masa Depan Bangsa!

Sejarah menunjukkan bahwa kekuasaan memiliki peran signifikan dalam menentukan arah pendidikan. Pada era kolonial, sistem pendidikan dirancang untuk mencetak tenaga kerja yang patuh dan sesuai kebutuhan penjajah. Di masa modern, negara-negara maju menggunakan pendidikan untuk memperkuat identitas nasional dan inovasi, sementara di negara berkembang, pendidikan sering kali menjadi alat legitimasi politik dan pengendalian sosial.

Namun, hubungan ini tidak selalu negatif. Pendidikan juga bisa menjadi alat perlawanan terhadap kekuasaan yang menindas. Para pemikir besar seperti Paulo Freire menekankan pentingnya pendidikan sebagai proses pembebasan, di mana individu diajak untuk berpikir kritis dan melawan ketidakadilan.

Sayangnya, kesenjangan akses pendidikan yang adil masih menjadi tantangan. Ketika kekuasaan lebih berpihak pada elite, pendidikan dapat menjadi eksklusif, memperlebar jurang antara yang kaya dan miskin. Oleh karena itu, penting untuk merefleksikan bagaimana pendidikan dapat digunakan sebagai kekuatan transformasi sosial yang inklusif, bukan sekadar instrumen kekuasaan.

Di tangan yang tepat, pendidikan mampu menciptakan masyarakat yang lebih adil, kritis, dan berdaya. Namun, ketika dimonopoli oleh kekuasaan, ia justru dapat memperkuat ketimpangan. Pertanyaannya, bagaimana kita memastikan pendidikan menjadi alat pembebasan, bukan pengekangan? Inilah tantangan besar yang harus dijawab bersama.

Penulis: Baiq Azmi Sukroyanti (Mahasiswa Pascasarjana S3 Undiksha).