Liputanntb.com – Janapria, 23 Januari 2025 – Universitas Nahdlatul Ulama (UNU) NTB kembali melanjutkan program Roadshow UNU LiterAction! di SMKN 1 Janapria, Lombok Tengah, dengan tema inovatif dan inspiratif “Dari Sampah ke Rupiah: Cara Cerdas Mengelola Limbah”. Dalam acara ini, UNU NTB memperkenalkan sebuah terobosan revolusioner dan satu-satunya di NTB yaitu program pembayaran kuliah menggunakan sampah. Program ini merupakan langkah inovatif yang tidak hanya menciptakan pendidikan berkelanjutan yang ramah lingkungan tetapi juga memberikan manfaat ekonomis bagi mahasiswa.
Sebelum menjelaskan lebih jauh, Wardatul Jannah, M.Sc., Ketua Program Studi (Prodi) Teknik Lingkungan UNU NTB, mengawali edukasinya dengan terlebih dahulu memberikan gambaran mengejutkan tentang volume sampah yang dihasilkan manusia setiap harinya. “Rata-rata, setiap orang menghasilkan 0,8 hingga 1 kilogram sampah per hari. Bayangkan jika ini dikalikan jumlah penduduk di satu dusun, satu desa, hingga tingkat provinsi. Akumulasi sampah tersebut tidak hanya membebani lingkungan, tetapi juga menjadi ancaman bagi kesehatan masyarakat jika tidak dikelola dengan baik,” jelasnya. Dengan gaya penyampaian yang interaktif, Warda mengajak siswa untuk merenung dan berpikir kritis tentang tanggung jawab mereka terhadap lingkungan.
Contohnya terkait bahaya yang ditimbulkan oleh aktifitas membakar sampah, khususnya sampah plastik. Warda menjelaskan bahwa beberapa bahan kimia paling berbahaya yang dihasilkan dari pembakaran plastik adalah dioksin, zat beracun yang terbentuk ketika produk yang mengandung klorin dibakar. Selain dioksin, pembakaran plastik juga menghasilkan senyawa seperti benzo(a)pyrene (BAP) dan polyaromatic hydrocarbon (PAH), yang keduanya terbukti bersifat karsinogenik atau menyebabkan kanker.
Meski membakar sampah tampak seperti cara yang cepat dan praktis untuk menghilangkan limbah, kebiasaan ini membawa dampak buruk bagi kesehatan dan lingkungan. Asap hasil pembakaran mengandung bahan kimia berbahaya yang dapat mencemari udara, tanah, dan air. “Asap beracun dari pembakaran sampah tidak hanya berbahaya bagi orang yang membakarnya, tetapi juga dapat menempuh jarak yang jauh, memengaruhi kualitas udara di sekitar, dan mencemari tanaman, hewan ternak, bahkan rantai makanan manusia,” ujarnya.
Ia juga menjelaskan bahwa residu dari pembakaran sampah dapat mencemari tanah dan air tanah, mengganggu ekosistem lokal, dan memberikan dampak negatif pada kesehatan manusia dalam jangka panjang. “Bau dan asap yang dihasilkan dari pembakaran tidak hanya mengganggu, tetapi dapat masuk ke dalam rumah atau berdampak pada hal-hal di luar rumah, termasuk kebun dan lahan pertanian,” tambah Warda.
Aktivitas membakar sampah sembarangan ini tidak hanya berdampak buruk terhadap kesehatan dan lingkungan, tetapi juga memiliki konsekuensi hukum. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah, pembakaran sampah secara sembarangan, terutama dalam skala besar, dapat dikenai sanksi pidana. UU tersebut menjelaskan bahwa pelaku yang melanggar dapat dikenakan hukuman berupa kurungan atau denda. Namun, pelaksanaan sanksi ini membutuhkan penguatan dalam bentuk peraturan daerah (Perda), yang memberikan detail spesifik terkait denda atau sanksi pidana atas pelanggaran tersebut.
Baca juga : Program Studi Hukum Bisnis Resmi Hadir di UNU NTB, Upaya Peningkatan Akses Pendidikan Berkualitas
Sebagai solusi, Aria Dirawan, M.IL., dosen Teknik Lingkungan, mengajak siswa untuk meninggalkan kebiasaan membakar sampah dan beralih ke metode yang lebih ramah lingkungan, seperti memilah, mendaur ulang, dan memanfaatkan sampah organik untuk membuat kompos. Ia juga mengingatkan bahwa setiap tindakan kecil, seperti mengurangi penggunaan plastik sekali pakai, memiliki kontribusi besar dalam menjaga kesehatan lingkungan dan generasi mendatang.
“Membakar sampah bukan solusi, tetapi justru menciptakan masalah baru. Dengan mengelola sampah secara bijak, kita tidak hanya menjaga lingkungan, tetapi juga bisa mendapatkan nilai ekonomis dari sampah tersebut,” jelasnya.
Dalam praktiknya, UNU NTB memberikan contoh nyata bagaimana sampah dapat dimanfaatkan secara maksimal melalui program Bank Sampah Digital. Mahasiswa dapat mengumpulkan sampah, mendokumentasikan, dan mengunggahnya ke aplikasi My Smash. Sampah tersebut kemudian diambil oleh tim Bank Sampah dan diolah, sehingga memberikan nilai tukar berupa uang yang bisa digunakan untuk membayar SPP atau kebutuhan sehari-hari. Teknologi ini dikelola secara kolaboratif oleh Program Studi Teknik Lingkungan, Sistem Informasi, dan Ekonomi Islam.