Liputanntb.com – Dalam edisi terbaru Professional Health Journal (Volume 5, No. 2), Yusfina Himayanti bersama tim dari Universitas Nahdlatul Ulama, Nusa Tenggara Barat, memaparkan temuan penting terkait isu global yang berdampak besar pada remaja: hubungan antara bullying dan kecenderungan bunuh diri.
Penelitian kualitatif ini menggali pengalaman empat remaja korban bullying yang pernah mencoba bunuh diri. Dengan pendekatan fenomenologi interpretatif (Interpretative Phenomenological Approach), para peserta menceritakan dampak emosional yang ditimbulkan oleh bullying dari teman sebaya.
Temuan Utama
- Definisi Bullying: Berdasarkan KBBI, bullying adalah perilaku agresi fisik, verbal, atau sosial yang dilakukan secara berulang untuk melukai orang lain. Dalam studi ini, bullying di sekolah menjadi pemicu utama munculnya pikiran untuk bunuh diri.
- Dampak Psikologis: Korban melaporkan perasaan sedih, cemas, tidak nyaman, hingga kehilangan kepercayaan diri. Secara sosial, mereka cenderung menarik diri, menghindari aktivitas kelompok, dan mengalami penurunan prestasi akademik.
- Mekanisme Adaptasi: Ada korban yang memilih diam dan menerima keadaan, sementara lainnya menunjukkan emosi marah dan bingung, mencerminkan beragam respons adaptif.
- Risiko Cyberbullying: Penelitian ini mendukung temuan Cyberbullying Research Center yang menyatakan bahwa pelecehan daring meningkatkan risiko munculnya ide bunuh diri.
Implikasi dan Rekomendasi
Penelitian ini menegaskan perlunya intervensi sistemik di sekolah untuk mengatasi bullying. Penulis menyerukan pembentukan lingkungan yang mendukung, di mana korban dapat meminta bantuan tanpa takut stigma. Hal ini juga memperkuat temuan global yang mengaitkan bullying dengan trauma psikologis jangka panjang dan risiko bunuh diri, terutama pada remaja laki-laki.