Liputanntb.com – Dalam era digital yang dikuasai oleh media sosial, pendidikan karakter menghadapi tantangan besar. Fenomena Generasi Scroll, di mana individu, terutama generasi muda, terbiasa menggulir konten tanpa henti, dapat mengikis fokus pada nilai-nilai moral yang seharusnya menjadi fondasi kehidupan.
Kumpulan Artikel Populer:Penulis: Mujiono Sangputra (Mahasiswa S3 Undiksha) Ngahi Rawi Pahu: Cermin Pendidikan Karakter ala Dompu yang Membekas Seumur Hidup
Pendidikan dan Politik: Kombinasi Tak Terduga untuk Menatap Masa Depan Generasi
Media sosial, dengan arus informasi cepat dan pengaruh budaya populer, sering kali menjadi tempat penyebaran perilaku negatif seperti perundungan, penyebaran hoaks, dan normalisasi tindakan yang tidak etis. Hal ini menciptakan kesenjangan besar antara pengetahuan nilai karakter dan praktik nyata dalam kehidupan sehari-hari.
Pendidikan karakter, yang bertujuan membentuk pribadi yang bermoral dan tangguh, harus beradaptasi dengan tantangan era digital ini. Nilai-nilai seperti empati, tanggung jawab, dan integritas perlu diajarkan tidak hanya melalui teori, tetapi juga melalui praktik yang relevan dengan kehidupan digital siswa.
Guru dan institusi pendidikan memegang peran penting dalam menciptakan lingkungan yang mendukung pengembangan karakter, di mana siswa dapat belajar langsung bagaimana menerapkan nilai-nilai tersebut, baik di dunia nyata maupun di dunia maya.
Namun, pendidikan karakter bukan hanya tanggung jawab sekolah. Keluarga dan masyarakat juga memiliki peran besar dalam membangun ekosistem yang mendukung perkembangan karakter generasi muda.
Sinergi antara sekolah, orang tua, dan komunitas dapat menjadi benteng kuat melawan pengaruh negatif yang sering muncul di media sosial. Misalnya, keluarga dapat memberikan teladan nilai-nilai moral, sementara masyarakat menyediakan ruang untuk praktik nilai-nilai tersebut dalam kehidupan sosial.
Di era digital, literasi media dan etika digital menjadi elemen penting yang harus disisipkan dalam pendidikan karakter. Siswa perlu dibekali dengan kemampuan untuk memilah informasi, memahami dampak dari setiap tindakan di media sosial, dan menolak perilaku yang merugikan.
Selain itu, keterampilan berpikir kritis juga menjadi krusial agar generasi muda mampu mengevaluasi informasi yang mereka terima dan tidak mudah terpengaruh oleh narasi negatif.
Pendidikan karakter yang efektif di era digital harus mampu menjembatani nilai-nilai tradisional dengan kebutuhan zaman. Dengan pendekatan yang holistik dan adaptif, generasi muda dapat tumbuh menjadi individu yang tidak hanya cerdas secara akademis, tetapi juga kuat dalam karakter dan bermoral tinggi. Di tengah arus deras like dan follow, inilah upaya kita untuk memastikan bahwa nilai-nilai dasar kemanusiaan tetap menjadi landasan yang kokoh bagi mereka.
Penulis: Mahasiswa S3 Undiksha, Suryati.