Pelamar lainnya juga merasakan hal yang sama. Mereka menilai bahwa proses seleksi BPI kurang transparan, terutama dalam hal penentuan kelulusan dan penambahan kuota. Beberapa peserta menilai adanya unsur subjektivitas dalam penilaian wawancara, yang bisa berbeda-beda tergantung pada penilai, serta menginginkan penjelasan lebih lanjut terkait kriteria yang digunakan dalam seleksi.
Sebagai informasi, BPI adalah program beasiswa yang diselenggarakan oleh pemerintah Indonesia untuk mendukung pelamar yang ingin melanjutkan studi ke jenjang yang lebih tinggi. Penambahan kuota diharapkan dapat membuka kesempatan lebih luas bagi pelamar dari berbagai daerah dan latar belakang.
Namun, kekecewaan yang dirasakan oleh banyak pelamar ini mencerminkan pentingnya transparansi dan akuntabilitas dalam proses seleksi. Dalam curhatannya, seorang pelamar menambahkan beberapa usulan, antara lain:
- Subjektivitas Penilaian dalam Wawancara: Ia mengkhawatirkan penilaian yang terlalu bergantung pada penilai dan dapat berujung pada ketidakadilan, terutama mengenai komitmen terhadap studi dan pembayaran biaya pendidikan.
- Transparansi Hasil Seleksi: Pelamar berharap ada penjelasan lebih rinci mengenai keputusan kelulusan dan faktor yang dipertimbangkan dalam seleksi.
- Prioritas bagi Mahasiswa Semester 2: Ia berharap agar mahasiswa yang sudah mencapai semester 2 diberi prioritas dalam penambahan kuota, karena bagi mereka yang sudah memulai studi dengan biaya pribadi, dukungan BPI sangat krusial untuk kelanjutan studi tepat waktu.
Melalui curhatannya, pelamar berharap bahwa proses seleksi BPI akan semakin transparan dan adil di masa depan, dengan memberikan kesempatan lebih besar bagi mahasiswa yang berkomitmen melanjutkan studi meskipun terkendala biaya.